Identitas Buku
Judul : Sejarah Indonesia Modern 1200–2008
Penulis : M.C. Ricklefs
Terbit : Desember 2008
Tebal : 866 halaman
ISBN : 978-979-024-115-2
Penulis : M.C. Ricklefs
Terbit : Desember 2008
Tebal : 866 halaman
ISBN : 978-979-024-115-2
ISI
Buku
ini di awali dengan pembahasan kedatangan islam .Masuknya Islam di bumi Nusantara
mengawali suatu rentangan waktu yang disebut
Ricklefs sebagai Indonesia Modern. Ia mengajukan tiga unsur
fundamental
yang, menurutnya, telah mempersatukan periode tersebut sebagai"sebuah unit
sejarah yang padu".Yang pertama adalah unsur kebudayaan dan agama:
islamisasi Indonesia yang dimulai tahun sekitar 1200 dan
berlanjut hingga hari ini. Yang kedua adalah unsur
topik: saling pengaruh antara orang Indonesia dan orang Baratyang dimulai
kurang-lebih tahun 1500 dan masih berlanjut. Yang ketiga
adalah
historiografi: sumber-sumber primer sepanjang periode ini ditulis
hampir
secara eksklusif dalam bahasa-bahasa Indonesia modern (Jawa,Melayu, dan
seterusnya, bukannya Jawa Kuno atau Melayu Kuno) dan dalam
bahasa-bahasa
Eropa.
Gelombang
kedua modernisasi nusantara adalah dengan masuknya bangsa-bangsa Eropa,
terutama Portugis dan Belanda. Pengaruh mendasar dari kolonialisasi Portugis
adalah kacaunya jaringan perdagangan sebagai akibat ditaklukannya Malaka, serta
penanaman Agama Katolik, terutama di Indonesia timur. Kebrutalan kaum kolonial
kian menjadi-jadi ketika korporsi-korporasi Belanda melakukan persaingan keras
untuk memperebutkan rempah-rempah. Ricklefs menyebutnya pelayaran “liar”
Untuk mengatasi kekacauan dan
kontestasi kasar itu, maka dibentuklah Perserikatan Maskapai Hindia Timur atau
VOC. Meskipun VOC organisasi Belanda, namun sebagian besar personelnya bukanlah
orang Belanda. Para petualang, gelandangan, penjahat, dan orang-orang bernasib
jelek dari seluruh Eropa yang bersumpah setia. (hal:72). Sugguh tragis memang,
jika sekian abad yang lalu, wilayah yang sedemikian kaya itu dikelola dan
dikuasai oleh para bandit Eropa yang duduk di VOC. Berbarengan dengan masa awal
pendudukan bangsa Eropa, di nusantara muncul kerajaan-kerajaan baru. Oleh Ricklefs
hal ini dilihat sebagai kebangkitan kekuatan lokal yang diasporik tetapi
memiliki perangai penakluk, seperti Aceh, Demak, Mataram, Gelgel (Bali) dan
Bugis (Sulawesi).
Pada ruang waktu, utamanya pada
era tahun 1600 – 1800 terjadi pelawanan militer secara habis-habisan dari
kerajaan-kerajaan nusantara dengan Belanda. Masa pertempuran dua abad ini
sangat diwarnai kompleksitas konfigurasi politik, intrik-intrik politik dan
persekongkolan di lingkungan istana, sehingga kekuatan nusantara tidak sepenuhnya
cukup kokoh untuk segera mengusir kolonial. Bukannya kemenangan politik dan
kebudayaan, justru dalam perjalanan waktu dua abad (17-18), VOC telah
benar-benar mampu membangun kekuatan despotik yang mampu sepenuhnya menundukkan
negara-negara nusantara. Fenomena ini disajikan secara utuh oleh Ricklefs pada
bab 6-10.
Pada perkembangan awal abad 19,
Ricklefs menandai proses pembentukan negara-negara jajahan oleh kaum kolonial,
sebab pada proses dua abad sebelumnya adalah proses hegemoni. Model negara
jajahan yang diformulasikan oleh VOC adalah dengan sistem residensial, yakni
VOC mendelegasikan kekuasaan lokal kepada residen dan bupati. Dengan sistem ini
kekuasaan VOC cukup efektif, sebab dengan keterbatasan pasukan dan defisit
anggaran, VOC dapat tetap berkuasa.
Untuk menutup kekurangan
finansial, Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan program tanam paksa
(cultuurstelsel). Melalui program cultuurstelsel inilah Belanda meraih
keuntungan yang besar. Sejak tahun 1831 anggaran belanja Kolonial Belanda sudah
berimbang, dan hutang lama VOC telah terlunaskan. Lebih dari itu, Gubernur
Jenderal Belanda mampu mengirimkan uang ke negeri Belanda 832 florins
(1831-1877).
Akibat surplus yang diperoleh
dari Jawa inilah Kolonial Belanda membiayai penaklukan daerah-daerah diluar Jawa. (266-267).
Waktu terus bergulir, angka tahun menunjukkan 1900-an. Pada awal abad 20 ini Ricklefs menyebutnya sebagai era awal munculnya konsepsi tentang Indonesia. Pemerintah Belanda mulai menerapkan kebijakan yang dikenal dengan politik etis. Hal ini terjadi karena di Eropa sendiri sedang dilanda gagasan liberalimse, yakni semangat pembebasan. Novel Max Havelaar yang mengkritik habis kekejaman Hindia Belanda, kini mulai menjadi preferensi penting bagi pegawai kolonial. Fakta lain juga dapat kita temui dalam artikel yang ditulis oleh van Deventer (1899) yang menyatakan bahwa negeri Belanda berhutang kepada bangsa Indonesia. Realisasi dari politik etis adalah dibukanya pendidikan, utamanya dari golongan bawah oleh Gubernur Jenderal van Heutsz (1904-1909).
Waktu terus bergulir, angka tahun menunjukkan 1900-an. Pada awal abad 20 ini Ricklefs menyebutnya sebagai era awal munculnya konsepsi tentang Indonesia. Pemerintah Belanda mulai menerapkan kebijakan yang dikenal dengan politik etis. Hal ini terjadi karena di Eropa sendiri sedang dilanda gagasan liberalimse, yakni semangat pembebasan. Novel Max Havelaar yang mengkritik habis kekejaman Hindia Belanda, kini mulai menjadi preferensi penting bagi pegawai kolonial. Fakta lain juga dapat kita temui dalam artikel yang ditulis oleh van Deventer (1899) yang menyatakan bahwa negeri Belanda berhutang kepada bangsa Indonesia. Realisasi dari politik etis adalah dibukanya pendidikan, utamanya dari golongan bawah oleh Gubernur Jenderal van Heutsz (1904-1909).
Dampak dari politik etis ini
memang melahirkan model perjuangan tersendiri tentang kemerdekaan dari Belanda.
Yakni format perjuangan yang lebih modern, misalnya saja melalui gaya
parlementarian (Volksraad), maupun kampanye gagasan dan ideologi diberbagai
surat kabar yang diterbitkan sendiri oleh para tokoh nasionalis, serta
pembentukan serikat-serikat organisasi sosial-politik.Takashi Shiraishi (lihat:
An Age Motion: Popular Radicalism in Java 1912-1926; 1990) menyebut era ini
adalah zaman modern seiring dengan gemuruhnya slogan-slogan opheffing
(kemajuan), ontwikkeling (perkembangan), dan opvoeding (pendidikan). Dengan
menggunakan cara ini, setengah abad dilampaui oleh pejuang nasionalis untuk
mendapatkan kemerdekaan. Sampai pada akhirnya waktu yang ditunggu itu tiba,
yakni sebuah pernyataan kemerdekaan.
Lima tahun awal sejak
kemerdekaan Indonesia, Ricklefs menyebutnya sebagai zaman revolusi. Sebab
seluruh potensi kekuatan nasional ‘dipaksa’ untuk menghadapi kekuatan asing
yang masih tetap melancarkan agresi. Ada realitas menarik yang disampaikan oleh
Ricklefs mengenai masa-masa revolusi ini. Yakni munculnya sebuah ketegangan di
Sumatera dan Jawa. Atas nama kedaulatan rakyat dan persatuan nasional,
kelompok-kelompok revolusioner muda mengintimidasi, menculik, dan kadangkala
membunuh para pejabat pemerintahan, kepala desa, anggota polisi, yang
disangsikan kesetiannya, tuduhan korupsi, dan penindasan selama masa pendudukan
Jepang (hal:440).
Pada masa lima tahun kedua sejak
kemerdekaan, saatnya Indonesia memasuki fase percobaan demokrasi. Namun
panggung politik nasional diwarnai dengan pertikaian politik , pergantian
kabinet dan militer. Namun pada sisi lain, Indonesia mulai diperhitungkan dalam
kancah politik internasional dengan menggalang kekuatan politik Asia-Afrika,
sebuah daerah yang setidaknya memiliki kesamaan nasib, yakni sama-sama sebagai
bangsa yang pernah dijajah. Hasil nyata dari konsolidasi ini oleh Soekarno
populer disebutnya Nefo (New Emergencing Force). Namun kekuatan politik
Soekarnopun lambat laun mulai redup, puncaknya saat tragedi G 30 S 65 meletus.
Berikutnya, orde baru dibawah kepemimpinan
militer tampil sebagai kekuatan korporatis. Orde baru memang berhasil
melambungkan pertumbuhan ekonomi nasional, sampai-sampai gelar Bapak Pembangunan
dilekatkan ke Presiden Soeharto waku itu. Karena stabilitas yang menjadi
prinsipnya, maka seluruh potensi politik yang kritis segera dihabisi oleh orde
baru. Klimaknya, orde baru jatuh atas otoritarinisme yang dijalankan selama 35
tahun. Gelombang demokrasi kedua mulai tumbuh. Orang populer menyebutkannya
dengan zaman reformasi, namun kalangan akar rumput sering menyebutnya dengan
‘repot nasi’. Hal ini terjadi karena depresi ekonomi yang sedang melanda
kawasan asia.Ketika perjalanan reformasi mencapai dua kali pemilu, Indonesia
sebagaimana yang digambarkan oleh Ricklefs telah melampaui empat kali
kepemimpinan nasional. Pada saat yang sama dibarengi sekian persoalan, mulai
merajalelanya korupsi, ancaman sparatisme, tingginya angka kemiskinan, bahkan intrik-intrik
politik yang mencederai kedewasaan berdemokrasi.
Kelebihan Buku
Buku
ini memiliki pembahasan yang menarik , karena membahas mengenai sejarah
Indonesia dari Zaman kedatangan Islam sampai masa Orde Baru. Penekanan seluruh
isi Buku ini adalah pada sejarah rakyat Indonesia. Baik cerita sejarah Politik maupun
permasalahan sosial budaya dan ekonomi di bahas didalamnya. Buku ini sangat
baik untuk para mahasiswa yang inggin mendalami Sejarah Indonesia. Buku ini
juga disusun secara kronologis sehingga mempermudah pembaca dalam memahami isi
Buku.
Kekurangan Buku
Buku
ini merupakan buku hasil terjemahan dari buku yang berjudul Historyof
Indonesia. Sehingga pengunaan kata dalam buku ini terkadang susah untuk di
mengerti .
If you're trying hard to lose pounds then you absolutely have to try this totally brand new personalized keto diet.
BalasHapusTo produce this keto diet, licenced nutritionists, personal trainers, and chefs have united to produce keto meal plans that are efficient, convenient, cost-efficient, and enjoyable.
Since their grand opening in 2019, 1000's of people have already remodeled their body and health with the benefits a great keto diet can give.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover 8 scientifically-tested ones offered by the keto diet.