KATA PENGANTAR
Dengan mengucap
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan makalah ini
tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk segala bentuk bantuannya, kami sampaikan rasa
terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang membantu kami dan memperlancar
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari-Nya. Penulis
menyadari bahwa dalam dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.
Namun, penulis akan berusaha belajar dari kesalahan itu. Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Semarang,
04 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
DEPAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
A. Kedatangan Jepang dan
Pendudukannya
di Indonesia
B. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap
Pendudukan Jepang
C. Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia
BAB
III PENUTUP
Simpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sebelum mencapai
kemerdekaan, Indonesia telah melalui perjalanan perjuangan yang sangat panjang.
Setelah perginya kekuasaan Hindia Belanda, bangsa Indonesia kemudian dihadapkan
dengan kehadiran Jepang. Meski dalam kurun waktu tidak sepanjang Hindia
Belanda, namun Jepang juga berhasil melahirkan kesengsaraan dan penderitaan
bagi rakyat Indonesia. Hingga karena penderitaan tersebutlah rakyat Indonesia
berjuang bersama untuk menuntut kemerdekaan.
Jepang merupakan negara yang memiliki
banyak perkembangan dalam berbagai aspek seperti Teknologi, Informasi,
Pendidikan, Ekonomi, Industri dan berbagai hal lainnya. Nama resmi Jepang ialah
Nipponkoku/Nihonkoku yang artinya adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga
dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling
utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa
kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Dalam kurun
waktu 1942 – 1945 bangsa Indonesia berjuang menghadapi penjajahan yang
dilakukan Jepang. Hingga perjuangan tersebut mencapai puncaknya pada 17 Agustus
1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Banyak pelajaran yang dapat
diambil dari sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia selama menghadapi
penjajahan yang dilakukan oleh Jepang.
Oleh karena itu
makalah ini akan membahas mengenai masa pendudukan Jepang di Indonesia. Kondisi
ketika Jepang berada di Indonesia, serta perjuangan-perjuangan yang dilakukan
oleh bangsa Indonesia dalam menunjukkan perlawanan terhadap Jepang. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah
Pergerakan Nasional Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pendudukan Jepang di
Indonesia?
2.
Bagaimana perlawanan bangsa
Indonesia terhadap pendudukan Jepang?
3.
Bagaimana akhir pendudukan Jepang
di Indonesia?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan mengenai kondisi
pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
2.
Menerangkan berbagai jenis
perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia terhadap Jepang.
3.
Menjabakan tentang akhir
pendudukan Jepang di Indonesia.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Memberi tambahan pengetahuan
ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu sejarah, khususnya yang
berkaitan dengan Sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang serta perlawanan
bangsa Indonesia terhadap Jepang.
2.
Menyelesaikan tugas kelompok
sebagai pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Sejarah Pergerakan
Nasional Indonesia.
3.
Memanfaatkan peristiwa di masa
lalu sebagai bahan pembelajaran dalam menghadapi permasalahan di masa sekarang
ataupun di masa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kedatangan Jepang dan Pendudukannya di Indonesia
Sejarah masuknya Jepang ke Indonesia
merupakan wujud atas keinginan Jepang untuk membentuk imperium di Asia. Jepang
telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941. Penyerangan tersebut bertujuan
untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat yang di perkirakan akan menjadi
ganjalan bagi ekspansi jepang di Asia. Dalam gerakannya ke selatan, Jepang juga
melakukan penyerangan ke Indonesia yang pada waktu itu masih berada dalam
kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Pada tanggal 11 januari 1942 tentara
jepang telah mendarat di tarakan (kalimantan timur )[1],
lalu selanjutnya Panglima Tertinggi
Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang
tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia.
Bahkan, pada awal masuknya ke indonesia terutama pada bulan
pertama , kedua dan ketiga pada tahun 1942 nampaknya tentara jepang diterima
dengan sambutan baik dari rakyat Indonesia . Tokoh-tokoh Nasionalis Indonesia
seperti Soekarno, Muhammad Hatta dan yang lainya yang masih dalam tahanan
belanda dibebaskan oleh Jepang. tanggapan tokoh nasionalis Indonesia terhadap
tawaran kerja sama dari pihak jepang pun sangat baik . dengan berbagai cara
jepang mengupayakan agar rakyat dan pimpinan nasional Indonesia mau mendukung
kebijakan Jepang .[2]
Seperti yang sudah diketahui pada masa
sekarang bahwa sebenarnya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara
tua’[3]
yang disampaikan Jepang merupakan tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat
menerima kedatangan Balatentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang
disambut dengan hangat oleh bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang
tidak jauh berbeda dengan negara imperialis lainnya.
Jepang termasuk negara imperialis baru,
seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara imperialis baru, Jepang membutuhkan
bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi
barang-barang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan menjadi sangat
penting artinya bagi kemajuan industri apabila tidak didukung dengan bahan
mentah (baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar barang industri yang
luas.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan
Jepang ke Indonesia adalah untuk menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah
Indonesia. Yang dapat diartikan bahwa, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan
sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat
dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi selama pendudukan Jepang di
Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan Jepang lebih kejam sehingga bangsa
Indonesia mengalami kesengsaraan. Sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat
oleh pasukan Jepang untuk kepentingan peperangan dan industri Jepang melalui
cara berikut :
1.
Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan Romusha.
Dimana Romusha sendiri adalah tenaga kerja paksa yang diambil dari para
pemuda dan petani untuk bekerja paksa pada proyek-proyek yang dikembangkan
pemerintah pendudukan Jepang. Banyak rakyat Indonesia yang meninggal ketika
menjalankan romusha, kebanyakan dari mereka menderita kelaparan dan berbagai
penyakit. Jepang berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap
di Hindi Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam strategi
yang ada di Indonesia.
Luasnya daerah pendudukan Jepang membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusha. Jejaring tentara Jepang untuk menjalankan Romusha hingga ke desa desa. Setidaknya terdapat 300.000 tenaga Romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang diantaranya dalam kondisi menyedihkan dan berakhir pada kematian. Para Romusha juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming-iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kampong-kampung tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu). Romusha juga melibatkan tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga kerja paksa tersebut. Seiring dengan pelaksanaan Romusha yang kejam di Indonesia, Jepang sendiri berhasil memanipulasi keberadaan Romusha ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan Romusha, Jepang memperhasul istilah Romusha dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja. Pada pertengahan tahun 1943, para Romusha semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusha Romusha ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap Romusha semakin tak terkendali.
Luasnya daerah pendudukan Jepang membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusha. Jejaring tentara Jepang untuk menjalankan Romusha hingga ke desa desa. Setidaknya terdapat 300.000 tenaga Romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang diantaranya dalam kondisi menyedihkan dan berakhir pada kematian. Para Romusha juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming-iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kampong-kampung tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu). Romusha juga melibatkan tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga kerja paksa tersebut. Seiring dengan pelaksanaan Romusha yang kejam di Indonesia, Jepang sendiri berhasil memanipulasi keberadaan Romusha ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan Romusha, Jepang memperhasul istilah Romusha dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja. Pada pertengahan tahun 1943, para Romusha semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusha Romusha ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap Romusha semakin tak terkendali.
2.
Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian
harus diserahkan kepada Pemerintah Jepang.
3.
Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk
dipotong guna memenuhi kebutuhan konsumsi perang. Romusha (rōmusha:
"buruh", "pekerja") Kebanyakan Romusha adalah petani, dan
sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi Romusha. Mereka
dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah
orang-orang yang menjadi Romusha tidak diketahui pasti perkiraan yang ada
bervariasi dari 4 hingga 10 juta.
B. Perlawanan
Rakyat Indonesia pada Masa Kedudukan Jepang
Propaganda Jepang Untuk menciptakan
kemakmuran bersama diantara bangsa-bangsa asia jauh dari kenyataan. Jepang
justru secara terang-terangan menindas bangsa Indonesia secara kejam. Tata
kehidupan rakyat dijungkirbalikan. Norma-norma yang berlaku di Masyarakat
diinjak-injak . Akibatnya , dibeberapa tempat kemudian muncul perlawanan
terhadap pendudukan militer Jepang
Perjuangan para pemimpin bangsa
dalammelawan penduduk jepang dan memperjuangkan kemerdekaan dilakukan dengan
cara strategi kooperasi , gerakan di bawah tanah (ilegal) dan perlawanan
bersenjata.
A.
Perlawanan dengan strategi
Kooperasi
Perlawanan dengan strategi
kooperasi (bekerja sama) muncul disebabkan jepang melarang berdirinya semua
organisasi pergerakan Nasional.
Pemerintahan Jepang mengeluarkn kebijakan yang hanya mengakui organisasi-organisasi bentukanya yang di
tunjukan bagi kemenangan Perang Asia Timur Raya. Tokoh-tokoh pejuang Nasionalis
kemudian memanfaatkan semua organisasi bentukan jepang itu dengan cara
menggembleng kaum muda agar terus berusaha mewujudkan kemerdekaan Indinesia.
Selain itu mereka merhasil merumuskan UUD dan dasar negara yang akan di
perlukan apabila negara telah merdeka.[4] Adapun bentuk perjuangan bangsa Indonesia dengan
strategi kooperasi dilakukan melalui organisasi-organisasi seperti berikut.
1.
Putera (Pusat
Tenaga Rakyat )
2.
Jawa Hokokai
(Himpunan Kebaktian Jawa )
3.
Majelis Islam
Ala Indonesia (MIAI)dan Masyumi
4.
Cuo sangi In
( Badan Pertimbangan Pusat )
5.
BPUPKI dan
PPKI
B.
Perlawanan
Dengan Strategi Gerakan Dibawah Tanah (ilegal)
Munculnya
perlawanan gerakan dibawah tanah atau ilegal karena terlalu kuatnya
pemerintahan jepang menekan dan melarang Golongan Oposisi.Gerakan Nasionalisme
yang ternyata tidak mampu menandingi kekuatan pemerintahan Jepang . Oleh karena
itu , beberapa pejuang Nasinalis mengambil jalan melakukan gerakan di bawah
tanah (ilegal )[5].
Strategi perjuangan tersebut ternyata dapat terorganisir secara rapi dan
dilakukan secara rahasia . mereka diam dan bersembunyi untuk menghimpun kekuatan
rakyat . mereka pun berusaha menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia . jaringan hubungan khusus terus dilakukan
dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang kooperatif terhadap jepang. Selain
itu mereka membentuk jaringan kekuatan dengan melakukan sabotase dan tindakan
destruktif (perusakan ) terhadap sarana/prasarana vital milik jepang .
A.
Kelompok Sutan Syahir
Kelompok ini merupakan pendukung
demokrasi parlementer model Eropa barat dan menentang Jepang karena merupakan
negara fasis. Sering mendapatkan panggilan untuk mengisi kursus politik bagi
kaum pelajar. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar dari kota
Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain. Mereka berjuang
dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
B.
Kelompok Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada
Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu menggalang dan membina kemerdekaan dengan
berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang yang simpati terhadap
perjuangan bangsa Indonesia. Kelompok ini mendirikan asrama Indonesia Merdeka
di jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta. Asrama ini didirikan atas inisiatif dan
bantuan kepala perwakilan Kaigun di Jakarta, Laksamana Muda Maeda pada bulan
Oktober 1944. Dengan demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir
terbentuk. Sebagai pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo
Djoyohadisuryo sebagai ketua dibantu tokoh-tokoh muda Wikana. Di dalam asrama
ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-tokoh nasionalis seperti Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa Kusuma Sumantri, Latuharhary,
R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja
sama dengan kelompok bawah tanah yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak
dicurigai Jepang. Walaupun para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas
dan menggunakan strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka memiliki
kesamaan tujuan yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
C. Kelompok Sukarni
“Kelompok ini sering mengadakan kursus polotik yang pengajarannya diambil
dari tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno, Moh Hatta, dan Sutan
Syahrir.”[6].
Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni antara lain Adam Malik, Pandu
Kartawiguna, Chaerul Saleh,, Maruto Nitimihardjo dan yang lainnya.
D.
Kelompok Amir
Syarifuddin
Menjelang kedatangan Jepang di
Indonesia, Amir Syarifuddin berhubungan erat dengan P.J.A. Idenburg (pimpinan
departemen pendidikan Hindia Belanda). Melalui Dr. Charles Van der Plas, P.J.A.
Idenburg membantu uang sebesar 25.000 gulden kepada Amir Syarifuddin guna
mengorganisir gerakan bawah tanah melawan Jepang. Oleh karena itu kelompok ini
anti fasis dan menolak kerja sama dengan Jepang. Karena sangat keras dalam
mengkritik Jepang maka Amir Syarifuddin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati
oleh Jepang pada tahun 1944. Atas bantuan Ir. Soekarno, hukumannya diubah
menjadi hukuman seumur hidup akan tetapi setelah Jepang menyerah dan Indonesia
merdeka, ia terbebas dari hukuman.
C perlawanan Bersenjata
Kedatangan bangsa jepang
ke Indonesia semula mendapatkan sabutan hangat rakyat karena mereka
mepropagandakan akan membebaskan rakyat dari penindasan barat . Namun tindakan
itu hanya dilakukan untuk beberapa bulan . pada hari selanjutnya , jepang
justru lebih kejam dari belanda mereka secara terang-terangan menindas rakyat
dan mengambil paksa sumber daya alam indonesia perlakuan buruk yang di
perlihatkan jepang mendorong timbulnya perlawanan rakyat dibeberapa tempat.
Perlawanan bersenjata
rakyat indonesia yang dilakukan berbagai daerah meliputi perlawanan rakyat dan
tentara Peta.
1)
Peristiwa Cot Plieng. Aceh
Pemberontakan Cot Plieng terjadi di
Aceh dengan puncak dari perlawanan yang telah berulang kali dilakukan terjadi
pada 10 November 1942 yang dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru
mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Pemberontakan ini disebabkan karena sebagain
para ulama non PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) waktu itu menolak masuknya
Jepang setelah Belanda menyerah. Teungku Abdul Jalil tidak menyetujui kerja
sama dengan Jepang, berbeda dengan ulama PUSA yang melakukan taktik perjuangan kerja sama untuk
mengusir Belanda. Hal itu pula yang kemudian membuat perbedaan ijitihad antara
kelompok tua dan kelompok muda dalam menghadapi Jepang. Teungku Abdul Jalil dan
kawan-kawannya secara diam-diam melakukan dakwah anti Jepang dan seruan jihat
fi sabilillah dari desa ke desa. Menjelang akhir tahun 1942, dakwah diam-diam
tersebut menjadi terang-terangan, setelah kekejaman tentara Jepang menjadi
pengalaman pahit bagi masyarakat. Para santri di Dayah Cot Plieng sudah siap
untuk berperang. Hal itu kemudian diketahui oleh intelijen dan kampetai Jepang.
Jepang berusaha meredam upaya pemberontakan Teungku Abdul Jalil tersebut dengan
menggunakan orang Aceh yang bekerja untuk Jepang dan para Uleebalang yang telah
diangkat menjadi Gunco (wedana) dan sunco (camat). Selain itu ulama PUSA/Pemuda
Pusa juga diminta Jepang untuk melakukan dakwak tandingan. Meski tidak menolak
permintaan Jepang tersebut, ulama PUSA/Pemuda PUSA lebih bersikap melihat saja
apa yang dilakukan Teungku Jalil. Sementara kaum Uleebalang yang menjabat
sebagai Gunco dan Sunco terus membujuk Teungku Abdul Jalil agar mengurungkan
niatnya memberontak terhadap Jepang. Namun hal itu tidak berhasil. Akhirnya
Jepang memutuskan menghentikan upaya pemberontakan tersebut dengan kekuatan
bersenjata. Pertempuran yang tak berimbang pun terjadi. Perang sengit yang
digerakkan Teungku Abdul Jalil dibantu oleh adiknya Teungku Thaib itu
berlangsung sehari suntuk. Korban kedua belah pihak berjatuhan. Pertempuran
baru reda pada sore hari setelah Teungku Abdul Jalil dan pasukannya
meninggalkan Dayah Cot Plieng menuju pedalaman. Dalam perjalanan Teungku Abdul
Jalil singgah di Meunasah Baro. Dari sana ia dan pasukannya melanjutkan
perjalanan hingga berhenti di Alue Badeeh untuk menyusun kekuatan sambil
menunggu pasukan lain dari Bayu. Tiga hari kemudian, Jumat 9 November 1942,
Teungku Abdul Jalil dan pasukannya kembali turun ke Meunasah Blang Buloh, untuk
melaksanakan shalat Jumat. Keberadaan mereka diketahui oleh Jepang. Pasukan
Jepang dengan tambahan tentara menyerbu ke desa tersebut. Jepang ingin
menangkap Teungku Abdul Jalil tanpa pertempuran, yakni menunggunya di luar mesjid
ketika ulama dan pasukannya tersebut sedang shalat Jumat bersama penduduk
setempat. Namun, ketika pasukan Jepang tiba ke Blang Buloh, Teungku Abdul Jalil
dan pasukannya baru saja selesai melaksanakan shalat Jumat. Penangkapan itu pun
gagal. Pertempuran sengit pun terjadi, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya
gugur.
2)
Pemberontakan di
Singaparna
Peristiwa Pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan
dan kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara Islam dijunjung tinggi dalam hati
sanubari rakyat sesuai dengan ajaran agama. Demikian pula semangat kemerdekaan
sangat tebal dalam masyarakat Singaparna, yang terkenal kebenciannya terhadap
penjajahan. Adapun hal yang menjadi latar belakang terjadinya
Pemberontakan Singaparna diantaranya, yaitu:
1)
Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk
(menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh santri-santri
karena berarti mereka disuruh menyembah matahari.
2)
Adanya kewajiban meyerahkan beras kepada Jepang pada setiap
panen sebanyak 2 kwintal. Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah
sekitar Singaparna sangat berat.
3)
Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis
yang dijanjikan akan disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan
diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita tersebut dikirim ke daerah pertempuran
seperti Birma dan Malaya untuk menghibur tentara-tentara Jepang.
4)
Pemberontakan di
Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April
1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan
pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan
rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyas dan
kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang bertindak kejam
terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak
ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap
pemberontakan.
3)
Pemberontakan Teuku
Hamid di Aceh
Pemberontakan ini terjadi pada bulan November 1994 yang
di pimpin oleh Teuku Hamid, dia adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan
satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh
para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa
sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
4)
Pemberontakan Peta di
Blitar
Pemberontakan PETA di Blitar, terjadi
pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Soepriyadi, yang disebabkan
oleh ketidak tahanan anggota PETA melihat kesengsaraan rakyat dan banyaknya
rakyat yang meninggal akibat romusa di daerah mereka. Dengan, melakukan
serangan terhadap gudang senjata. Tetapi, pemberontakan mampu dipadamkan
oleh pihak jepang, serta semua yang terlibat dalam pemberontakan dijatuhi
hukuman mati termasuk pemimpin lapangan yang banyak dilupakan yaitu Moeradi.
Sementara, Soprijadi yang paling bertanggungjawab akan pemberontakan menghilang
tanpa diketahui sampai saat ini.
C.
Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia mulai
melemah seiring kekalahan Jepang di Perang Dunia. Jepang juga terus berupaya
untuk mebuat bangsa Indonesia mendukung Jepang dalam peperangannya, Perdana menteri
Koiso penganti perdana menteri Tojo mengumumkan tentang pendirian pemerintahan
kemaharajaan Jepang, bahwa Hindia timur atau Indonesia diperkenankan Merdeka
kelak dikemudian hari[7]
Hingga kemudian Hiroshima yang
merupakan kota pelabuhan di tepi Laut Pedalaman Seto yang dikenal sebagai pusat
industri tekstil dan barang-barang dari karet terkena Bom Atom oleh sekutu.
Kota ini didirikan pada abad ke-16 sebagai kota istana di delta Sungai Ota.
Sejak zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima merupakan pusat
industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk
kebanggaan kota Hiroshima adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan
saus merek otofuku.
Selain Hiroshima, Nagasaki yang
merupakan ibu kota dan kota terbesar di Prefektur Nagasaki yang terletak di
pesisir sebelah barat daya Kyushu, Jepang juga dikenai Bom Atom. Lokasi
geografisnya adalah 32°44′ LU 129°52′ BT. Nagasaki adalah pusat pengaruh Eropa
di Jepang pada zaman pertengahan. Kota Nagasaki yang merupakan kota pelabuhan
di Jepang merupakan kota yang tidak terisolasi pada waktu jepang menerapkan
politik Isolasi (SAKKOKU). Pengaruh Eropa juga sangat terlihat dengan pesatnya
perkembangan agama kristen di kota Nagasaki pada zaman tersebut dan banyaknya
peninggalan bersejarah berupa bangunan-bangunan Gereja yang masih terawat
hingga saat ini dan dijadikan.sebagai objek wisata. Jepang mengalami
pengeboman oleh Amerika serikat atas Hiroshima dan Nagasaki dengan Bom Atom,
sedangkan Uni sovyet menyatakan perang terhadap jepang seraya melakukan
penyerbuan ke Mancuria[8]
Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki
adalah serangan nuklir selama Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh
Amerika Serikat atas perintah Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah
enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata nuklir "Little
Boy" dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti
dengan pada tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir "Fat Man"
di atas Nagasaki. Kedua tanggal tersebut adalah satu-satunya serangan
nuklir yang pernah terjadi.
Bom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah penduduk. Enam hari setelah dijatuhkannya bom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.) Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear Principles,melarang negara itu memiliki tenaga nuklir. Setelah menyerahnya jepang atas sekutu membuat pergerakan nasional yang saat itu Indonesia masih diduduki Jepang lebih leluasa. Hal ini yang memicu para nasionalis, terutama pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga akhirnya Indonesia mencapai puncak perjuangannya dengan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.[9]
Bom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah penduduk. Enam hari setelah dijatuhkannya bom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.) Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear Principles,melarang negara itu memiliki tenaga nuklir. Setelah menyerahnya jepang atas sekutu membuat pergerakan nasional yang saat itu Indonesia masih diduduki Jepang lebih leluasa. Hal ini yang memicu para nasionalis, terutama pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga akhirnya Indonesia mencapai puncak perjuangannya dengan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.[9]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Adanya
pendudukan Jepang merupakan salah satu bagian besar dalam sejarah panjang
perjalanan bangsa Indonesia dalam upaya mencapai kemerdekaannya. Ketika awal
kedatangannya Jepang sempat disambut hangat oleh penduduk pribumi karena
dianggap akan mengakhiri penderitaan mereka yang disebabkan oleh Belanda.
Selain itu Jepang juga mengumbar berbagai janji untuk memperdaya bangsa
Indonesia agar mau mendukung Jepang dalam Perang Pasifik.
Namun
seiring berjalannya waktu, akhirnya watak asli Jepang terlihat dengan
kebijakannya mengeksploitasi bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang pun sama saja
juga menghadirkan kesengsaraan bagi rakyat. Penderitaan tersebut lah yang
kemudian memunculkan pergerakan-pergerakan perjuangan untuk membebaskan diri
dari Jepang dan mencapai Kemerdekaan. Terbukti dengan munculnya berbagai
organisasi pergerakan nasional. Juga adanya reaksi perlawanan dari rakyat, baik
yang menggunakan senjata maupun yang tanpa menggunakan senjata.
Pendudukan
Jepang semakin melemah sejalan dengan melemahnya Jepang dalam Perang Pasifik.
Jepang kembali mendekati bangsa Indonesia dengan janji-janji kemerdekaan.
Hingga kemudian Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu yang membuat
Jepang bertekuk lutut menyerah. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh nasionalis
untuk mewujudkan kemerdekaan. Dan, puncaknya adalah ketika Indonesia berhasil
melaksanakan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 pada masa Vacum of power.
DAFTAR PUSTAKA
Budi utomo, Cahyo. 1995. Dinamika Pergerakan kebangsaan Indonesia. Semarang:
IKIP Semarang press.
Djoened, Marwari dan Nugroho Notosusanto. 1984.Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta:
Balaipustaka
Kurnia, Anwar.2007. Sejarah Smp Kelas
IX. Semarang : Yudhistira Ghalia Indonesia
Muljana, Slamet.2008. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai
Kemerdekaan. Yogyakarta: Pt Lkis Pelangi aksara Yogyakarta
Rukmayani, Ratna. 2008. Ilmu pengetahuan sosial 3.Jakarta: Pt Gramedia
[3] Jepang adalah ‘’ saudara
tua ‘’ bagi bangsa –bangsa di asia dan berjanji membebaskan Asia dari
penindasan bangsa barat
[7] Pandji Poestaka, 15
September 1944, hlm. 561; liat juga Marwari Djoened, Nugroho Notosusanto,
Sejarah Nasional Indonesia (Jakarta: BalaiPustaka, 1984), hlm. 66.
[9] Cahyo budi utomo,
Dinamika Pergerakan kebangsaan Indonesia. (Semarang: IKIP Semarang press,
1995). Hlm, 220.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar