Kamis, 04 Januari 2018

MAKALAH PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG



KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk segala bentuk bantuannya, kami sampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang membantu kami dan memperlancar dalam pembuatan makalah ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari-Nya. Penulis menyadari bahwa dalam dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Namun, penulis akan berusaha belajar dari kesalahan itu. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Semarang, 04 Juni  2017

Penulis















DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN                                                                                               
KATA PENGANTAR                                                                                 
DAFTAR ISI                                                                                                 
BAB I             PENDAHULUAN                                                                
A. Latar Belakang Masalah                                                 
                        B. Rumusan Masalah                                                           
                        C. Tujuan Penulisan                                                             
                        D. Manfaat Penulisan                                                           

BAB II            PEMBAHASAN                                                                   
A. Kedatangan Jepang dan Pendudukannya                    
di Indonesia
B.  Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap                      
Pendudukan Jepang
            C. Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia                       

BAB III          PENUTUP                                                                             
                        Simpulan                                                                                

DAFTAR PUSTAKA                                                                                  












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sebelum mencapai kemerdekaan, Indonesia telah melalui perjalanan perjuangan yang sangat panjang. Setelah perginya kekuasaan Hindia Belanda, bangsa Indonesia kemudian dihadapkan dengan kehadiran Jepang. Meski dalam kurun waktu tidak sepanjang Hindia Belanda, namun Jepang juga berhasil melahirkan kesengsaraan dan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Hingga karena penderitaan tersebutlah rakyat Indonesia berjuang bersama untuk menuntut kemerdekaan.
Jepang merupakan negara yang memiliki banyak perkembangan dalam berbagai aspek seperti Teknologi, Informasi, Pendidikan, Ekonomi, Industri dan berbagai hal lainnya. Nama resmi Jepang ialah Nipponkoku/Nihonkoku  yang artinya adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil di Laut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Dalam kurun waktu 1942 – 1945 bangsa Indonesia berjuang menghadapi penjajahan yang dilakukan Jepang. Hingga perjuangan tersebut mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia selama menghadapi penjajahan yang dilakukan oleh Jepang.
Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai masa pendudukan Jepang di Indonesia. Kondisi ketika Jepang berada di Indonesia, serta perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam menunjukkan perlawanan terhadap Jepang. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendudukan Jepang di Indonesia?
2.      Bagaimana perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang?
3.      Bagaimana akhir pendudukan Jepang di Indonesia?


C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan mengenai kondisi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.
2.      Menerangkan berbagai jenis perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia terhadap Jepang.
3.      Menjabakan tentang akhir pendudukan Jepang di Indonesia.


D.    Manfaat Penulisan
1.      Memberi tambahan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu sejarah, khususnya yang berkaitan dengan Sejarah Indonesia pada masa pendudukan Jepang serta perlawanan bangsa Indonesia terhadap Jepang.
2.      Menyelesaikan tugas kelompok sebagai pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.
3.      Memanfaatkan peristiwa di masa lalu sebagai bahan pembelajaran dalam menghadapi permasalahan di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kedatangan Jepang dan Pendudukannya di Indonesia
Sejarah masuknya Jepang ke Indonesia merupakan wujud atas keinginan Jepang untuk membentuk imperium di Asia. Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941. Penyerangan tersebut bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat yang di perkirakan akan menjadi ganjalan bagi ekspansi jepang di Asia. Dalam gerakannya ke selatan, Jepang juga melakukan penyerangan ke Indonesia yang pada waktu itu masih berada dalam kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Pada tanggal 11 januari 1942 tentara jepang telah mendarat di tarakan (kalimantan timur )[1], lalu selanjutnya Panglima Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Bandung,. Jepang tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan, pada awal masuknya ke indonesia terutama pada bulan pertama , kedua dan ketiga pada tahun 1942 nampaknya tentara jepang diterima dengan sambutan baik dari rakyat Indonesia . Tokoh-tokoh Nasionalis Indonesia seperti Soekarno, Muhammad Hatta dan yang lainya yang masih dalam tahanan belanda dibebaskan oleh Jepang. tanggapan tokoh nasionalis Indonesia terhadap tawaran kerja sama dari pihak jepang pun sangat baik . dengan berbagai cara jepang mengupayakan agar rakyat dan pimpinan nasional Indonesia mau mendukung kebijakan Jepang .[2]
Seperti yang sudah diketahui pada masa sekarang bahwa sebenarnya, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’[3] yang disampaikan Jepang merupakan tipu muslihat agar bangsa Indonesia dapat menerima kedatangan Balatentara Jepang. Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat oleh bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan negara imperialis lainnya.
 Jepang termasuk negara imperialis baru, seperti Jerman dan Italia. Sebagai negara imperialis baru, Jepang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi barang-barang industrinya. Oleh karena itu, daerah jajahan menjadi sangat penting artinya bagi kemajuan industri apabila tidak didukung dengan bahan mentah (baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar barang industri yang luas.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Jepang ke Indonesia adalah untuk menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia. Yang dapat diartikan bahwa, semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan yang penuh kepalsuan. Hal itu dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi selama pendudukan Jepang di Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan Jepang lebih kejam sehingga bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan. Sumber-sumber ekonomi dikontrol secara ketat oleh pasukan Jepang untuk kepentingan peperangan dan industri Jepang melalui cara berikut :
1.      Tidak sedikit para pemuda yang ditangkap dan dijadikan Romusha. Dimana Romusha sendiri adalah  tenaga kerja paksa yang diambil dari para pemuda dan petani untuk bekerja paksa pada proyek-proyek yang dikembangkan pemerintah pendudukan Jepang. Banyak rakyat Indonesia yang meninggal ketika menjalankan romusha, kebanyakan dari mereka menderita kelaparan dan berbagai penyakit. Jepang berupaya menghapus pengaruh kultural barat yang telah hinggap di Hindi Belanda, dan yang kedua Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam strategi yang ada di Indonesia.
Luasnya daerah pendudukan Jepang membuat Jepang memerlukan tenaga kerja yang begitu besar. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk membangun kubu pertahanan, lapangan udara darurat, gudang bawah tanah, jalan raya dan jembatan. Tenaga tenaga kerja ini diambilkan dari penduduk Jawa yang cukup padat. Para tenaga kerja ini dipaksa yang popular di sebut denga Romusha. Jejaring tentara Jepang untuk menjalankan Romusha hingga ke desa desa. Setidaknya terdapat 300.000 tenaga Romusha yang dikirim ke berbagai negara di Asia Tenggara, 70.000 orang diantaranya dalam kondisi menyedihkan dan berakhir pada kematian. Para Romusha juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming-iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kampong-kampung tertutup untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).  Romusha juga melibatkan tokoh pergerakan waktu itu. Mereka dipaksa oleh Jepang untuk menjadi tenaga kerja paksa tersebut. Seiring dengan pelaksanaan Romusha yang kejam di Indonesia, Jepang sendiri berhasil memanipulasi keberadaan Romusha ini ke dunia internasional. Untuk menyamarkan keberadaan Romusha, Jepang memperhasul istilah Romusha dengan “pekerja ekonomi” atau pahlawan pekerja. Pada pertengahan tahun 1943, para Romusha semakin di eksploitasi oleh Jepang. Karena kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Romusha Romusha ini digunakan sebagai tenaga swasembada untuk mendukung perang secara langsung. Karena disetiap angkatan perang Jepang membutuhkan tenaga tenaga kerja paksa ini untuk mengefisiensikan biaya perang Jepang. Pada situasi seperti ini, permintaan terhadap Romusha semakin tak terkendali.
2.      Para petani diawasi secara ketat dan hasil-hasil pertanian harus diserahkan kepada Pemerintah Jepang.
3.      Hewan peliharaan penduduk dirampas secara paksa untuk dipotong guna memenuhi kebutuhan konsumsi perang. Romusha (rōmusha: "buruh", "pekerja") Kebanyakan Romusha adalah petani, dan sejak Oktober 1943 pihak Jepang mewajibkan para petani menjadi Romusha. Mereka dikirim untuk bekerja di berbagai tempat di Indonesia serta Asia Tenggara. Jumlah orang-orang yang menjadi Romusha tidak diketahui pasti  perkiraan yang ada bervariasi dari 4 hingga 10 juta.

      B. Perlawanan Rakyat Indonesia pada Masa Kedudukan Jepang
Propaganda Jepang Untuk menciptakan kemakmuran bersama diantara bangsa-bangsa asia jauh dari kenyataan. Jepang justru secara terang-terangan menindas bangsa Indonesia secara kejam. Tata kehidupan rakyat dijungkirbalikan. Norma-norma yang berlaku di Masyarakat diinjak-injak . Akibatnya , dibeberapa tempat kemudian muncul perlawanan terhadap pendudukan militer Jepang
Perjuangan para pemimpin bangsa dalammelawan penduduk jepang dan memperjuangkan kemerdekaan dilakukan dengan cara strategi kooperasi , gerakan di bawah tanah (ilegal) dan perlawanan bersenjata.
A.    Perlawanan dengan strategi Kooperasi
Perlawanan dengan strategi kooperasi (bekerja sama) muncul disebabkan jepang melarang berdirinya semua organisasi pergerakan Nasional.  Pemerintahan Jepang mengeluarkn kebijakan yang hanya mengakui  organisasi-organisasi bentukanya yang di tunjukan bagi kemenangan Perang Asia Timur Raya. Tokoh-tokoh pejuang Nasionalis kemudian memanfaatkan semua organisasi bentukan jepang itu dengan cara menggembleng kaum muda agar terus berusaha mewujudkan kemerdekaan Indinesia. Selain itu mereka merhasil merumuskan UUD dan dasar negara yang akan di perlukan apabila negara telah merdeka.[4] Adapun bentuk perjuangan bangsa Indonesia dengan strategi kooperasi dilakukan melalui organisasi-organisasi seperti berikut.
1.      Putera (Pusat Tenaga Rakyat )
2.      Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa )
3.      Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)dan Masyumi
4.      Cuo sangi In ( Badan Pertimbangan Pusat )
5.      BPUPKI dan PPKI
B.     Perlawanan Dengan Strategi Gerakan Dibawah Tanah (ilegal)
Munculnya perlawanan gerakan dibawah tanah atau ilegal karena terlalu kuatnya pemerintahan jepang menekan dan melarang Golongan Oposisi.Gerakan Nasionalisme yang ternyata tidak mampu menandingi kekuatan pemerintahan Jepang . Oleh karena itu , beberapa pejuang Nasinalis mengambil jalan melakukan gerakan di bawah tanah (ilegal )[5]. Strategi perjuangan tersebut ternyata dapat terorganisir secara rapi dan dilakukan secara rahasia . mereka diam dan bersembunyi untuk menghimpun kekuatan rakyat . mereka pun berusaha menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia . jaringan hubungan khusus terus dilakukan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang kooperatif terhadap jepang. Selain itu mereka membentuk jaringan kekuatan dengan melakukan sabotase dan tindakan destruktif (perusakan ) terhadap sarana/prasarana vital milik jepang .
A.    Kelompok Sutan Syahir
Kelompok ini merupakan pendukung demokrasi parlementer model Eropa barat dan menentang Jepang karena merupakan negara fasis. Sering mendapatkan panggilan untuk mengisi kursus politik bagi kaum pelajar. Pengikut dari kelompok ini terutama para pelajar dari kota Jakarta, Surabaya, Cirebon, Garut, Semarang dan lain-lain. Mereka berjuang dengan cara sembunyi-sembunyi atau dengan strategi gerakan ”bawah tanah”.
B.     Kelompok Kaigun
Kelompok ini anggotanya bekerja pada Angkatan Laut Jepang. Mereka selalu menggalang dan membina kemerdekaan dengan berhubungan kepada tokoh-tokoh Angkatan Laut Jepang yang simpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia. Kelompok ini mendirikan asrama Indonesia Merdeka di jalan Bungur Besar No. 56 Jakarta. Asrama ini didirikan atas inisiatif dan bantuan kepala perwakilan Kaigun di Jakarta, Laksamana Muda Maeda pada bulan Oktober 1944. Dengan demikian kelompok ini merupakan kelompok yang paling akhir terbentuk. Sebagai pengurus asrama oleh Maeda ditunjuklah Mr. Ahmad Subardjo Djoyohadisuryo sebagai ketua dibantu tokoh-tokoh muda Wikana. Di dalam asrama ini mendapat pendidikan politik dari tokoh-tokoh nasionalis seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Iwa Kusuma Sumantri, Latuharhary, R.P. Singgih, Ratu Langie, Maramis, dan Buntaran. Kelompok ini menjalin kerja sama dengan kelompok bawah tanah yang lain tetapi dengan hati-hati agar tidak dicurigai Jepang. Walaupun para pejuang terbagi dalam kelompok-kelompok di atas dan menggunakan strategi perjuangan yang berbeda, akan tetapi mereka memiliki kesamaan tujuan yakni mencapai kemerdekaan Indonesia.
C.  Kelompok Sukarni
                    “Kelompok ini sering mengadakan kursus polotik yang pengajarannya diambil dari tokoh-tokoh pergerakan nasional, seperti Soekarno, Moh Hatta, dan Sutan Syahrir.”[6]. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok Sukarni antara lain Adam Malik, Pandu Kartawiguna, Chaerul Saleh,, Maruto Nitimihardjo dan yang lainnya.
D.    Kelompok Amir Syarifuddin
Menjelang kedatangan Jepang di Indonesia, Amir Syarifuddin berhubungan erat dengan P.J.A. Idenburg (pimpinan departemen pendidikan Hindia Belanda). Melalui Dr. Charles Van der Plas, P.J.A. Idenburg membantu uang sebesar 25.000 gulden kepada Amir Syarifuddin guna mengorganisir gerakan bawah tanah melawan Jepang. Oleh karena itu kelompok ini anti fasis dan menolak kerja sama dengan Jepang. Karena sangat keras dalam mengkritik Jepang maka Amir Syarifuddin ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Jepang pada tahun 1944. Atas bantuan Ir. Soekarno, hukumannya diubah menjadi hukuman seumur hidup akan tetapi setelah Jepang menyerah dan Indonesia merdeka, ia terbebas dari hukuman.
C perlawanan Bersenjata
Kedatangan bangsa jepang ke Indonesia semula mendapatkan sabutan hangat rakyat karena mereka mepropagandakan akan membebaskan rakyat dari penindasan barat . Namun tindakan itu hanya dilakukan untuk beberapa bulan . pada hari selanjutnya , jepang justru lebih kejam dari belanda mereka secara terang-terangan menindas rakyat dan mengambil paksa sumber daya alam indonesia perlakuan buruk yang di perlihatkan jepang mendorong timbulnya perlawanan rakyat dibeberapa tempat.
Perlawanan bersenjata rakyat indonesia yang dilakukan berbagai daerah meliputi perlawanan rakyat dan tentara Peta.
1)      Peristiwa Cot Plieng. Aceh 
Pemberontakan Cot Plieng terjadi di Aceh dengan puncak dari perlawanan yang telah berulang kali dilakukan terjadi pada 10 November 1942 yang dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Pemberontakan ini disebabkan karena sebagain para ulama non PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) waktu itu menolak masuknya Jepang setelah Belanda menyerah. Teungku Abdul Jalil tidak menyetujui kerja sama dengan Jepang, berbeda dengan ulama PUSA yang melakukan taktik perjuangan kerja sama untuk mengusir Belanda. Hal itu pula yang kemudian membuat perbedaan ijitihad antara kelompok tua dan kelompok muda dalam menghadapi Jepang. Teungku Abdul Jalil dan kawan-kawannya secara diam-diam melakukan dakwah anti Jepang dan seruan jihat fi sabilillah dari desa ke desa. Menjelang akhir tahun 1942, dakwah diam-diam tersebut menjadi terang-terangan, setelah kekejaman tentara Jepang menjadi pengalaman pahit bagi masyarakat. Para santri di Dayah Cot Plieng sudah siap untuk berperang. Hal itu kemudian diketahui oleh intelijen dan kampetai Jepang. Jepang berusaha meredam upaya pemberontakan Teungku Abdul Jalil tersebut dengan menggunakan orang Aceh yang bekerja untuk Jepang dan para Uleebalang yang telah diangkat menjadi Gunco (wedana) dan sunco (camat). Selain itu ulama PUSA/Pemuda Pusa juga diminta Jepang untuk melakukan dakwak tandingan. Meski tidak menolak permintaan Jepang tersebut, ulama PUSA/Pemuda PUSA lebih bersikap melihat saja apa yang dilakukan Teungku Jalil. Sementara kaum Uleebalang yang menjabat sebagai Gunco dan Sunco terus membujuk Teungku Abdul Jalil agar mengurungkan niatnya memberontak terhadap Jepang. Namun hal itu tidak berhasil. Akhirnya Jepang memutuskan menghentikan upaya pemberontakan tersebut dengan kekuatan bersenjata. Pertempuran yang tak berimbang pun terjadi. Perang sengit yang digerakkan Teungku Abdul Jalil dibantu oleh adiknya Teungku Thaib itu berlangsung sehari suntuk. Korban kedua belah pihak berjatuhan. Pertempuran baru reda pada sore hari setelah Teungku Abdul Jalil dan pasukannya meninggalkan Dayah Cot Plieng menuju pedalaman. Dalam perjalanan Teungku Abdul Jalil singgah di Meunasah Baro. Dari sana ia dan pasukannya melanjutkan perjalanan hingga berhenti di Alue Badeeh untuk menyusun kekuatan sambil menunggu pasukan lain dari Bayu. Tiga hari kemudian, Jumat 9 November 1942, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya kembali turun ke Meunasah Blang Buloh, untuk melaksanakan shalat Jumat. Keberadaan mereka diketahui oleh Jepang. Pasukan Jepang dengan tambahan tentara menyerbu ke desa tersebut. Jepang ingin menangkap Teungku Abdul Jalil tanpa pertempuran, yakni menunggunya di luar mesjid ketika ulama dan pasukannya tersebut sedang shalat Jumat bersama penduduk setempat. Namun, ketika pasukan Jepang tiba ke Blang Buloh, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya baru saja selesai melaksanakan shalat Jumat. Penangkapan itu pun gagal. Pertempuran sengit pun terjadi, Teungku Abdul Jalil dan pasukannya gugur.
2)      Pemberontakan di Singaparna
Peristiwa Pemberontakan Singaparna mempunyai dasar keagamaan dan kebangsaan yang kuat. Cita-cita negara Islam dijunjung tinggi dalam hati sanubari rakyat sesuai dengan ajaran agama. Demikian pula semangat kemerdekaan sangat tebal dalam masyarakat Singaparna, yang terkenal kebenciannya terhadap penjajahan.  Adapun hal yang menjadi latar belakang  terjadinya Pemberontakan Singaparna diantaranya, yaitu:
1)      Adanya “Seikerei” yaitu mengheningkan cipta membungkuk (menghormat) kearah Tokyo. Hal inilah yang sangat dibenci oleh santri-santri karena berarti mereka disuruh menyembah matahari.
2)      Adanya kewajiban meyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal. Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat.
3)      Terjadinya penipuan terhadap wanita-wanita dan gadis-gadis yang dijanjikan akan disekolahkan di Tokyo, sehingga banyak yang mendaftarkan diri. Tapi sebenarnya wanita-wanita tersebut dikirim ke daerah pertempuran seperti Birma dan Malaya untuk menghibur tentara-tentara Jepang.
4)      Pemberontakan di Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyas dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang  bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.

3)      Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh
Pemberontakan ini terjadi pada bulan November 1994 yang di pimpin oleh Teuku Hamid, dia adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
4)      Pemberontakan Peta di Blitar
Pemberontakan PETA di Blitar, terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Soepriyadi, yang disebabkan oleh ketidak tahanan anggota PETA melihat kesengsaraan rakyat dan banyaknya rakyat yang meninggal akibat romusa di daerah mereka. Dengan, melakukan serangan terhadap gudang senjata. Tetapi, pemberontakan mampu  dipadamkan oleh pihak jepang, serta semua yang terlibat dalam pemberontakan dijatuhi hukuman mati termasuk pemimpin lapangan yang banyak dilupakan yaitu Moeradi. Sementara, Soprijadi yang paling bertanggungjawab akan pemberontakan menghilang tanpa diketahui sampai saat ini.


C.    Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia mulai melemah seiring kekalahan Jepang di Perang Dunia. Jepang juga terus berupaya untuk mebuat bangsa Indonesia mendukung Jepang dalam peperangannya, Perdana menteri Koiso penganti perdana menteri Tojo mengumumkan tentang pendirian pemerintahan kemaharajaan Jepang, bahwa Hindia timur atau Indonesia diperkenankan Merdeka kelak dikemudian hari[7]
Hingga kemudian Hiroshima yang merupakan kota pelabuhan di tepi Laut Pedalaman Seto yang dikenal sebagai pusat industri tekstil dan barang-barang dari karet terkena Bom Atom oleh sekutu. Kota ini didirikan pada abad ke-16 sebagai kota istana di delta Sungai Ota. Sejak zaman Meiji hingga berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima merupakan pusat industri militer dan logistik untuk keperluan perang. Di antara produk kebanggaan kota Hiroshima adalah mobil Mazda, makanan ringan merek Calbee dan saus merek otofuku.
Selain Hiroshima, Nagasaki yang merupakan ibu kota dan kota terbesar di Prefektur Nagasaki yang terletak di pesisir sebelah barat daya Kyushu, Jepang juga dikenai Bom Atom. Lokasi geografisnya adalah 32°44′ LU 129°52′ BT. Nagasaki adalah pusat pengaruh Eropa di Jepang pada zaman pertengahan. Kota Nagasaki yang merupakan kota pelabuhan di Jepang merupakan kota yang tidak terisolasi pada waktu jepang menerapkan politik Isolasi (SAKKOKU). Pengaruh Eropa juga sangat terlihat dengan pesatnya perkembangan agama kristen di kota Nagasaki pada zaman tersebut dan banyaknya peninggalan bersejarah berupa bangunan-bangunan Gereja yang masih terawat hingga saat ini dan dijadikan.sebagai objek wisata. Jepang mengalami pengeboman oleh Amerika serikat atas Hiroshima dan Nagasaki dengan Bom Atom, sedangkan Uni sovyet menyatakan perang terhadap jepang seraya melakukan penyerbuan ke Mancuria[8]
Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan nuklir selama Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata nuklir "Little Boy" dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan pada tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir "Fat Man" di atas Nagasaki. Kedua tanggal tersebut adalah satu-satunya serangan nuklir yang pernah terjadi.
        Bom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedua kota, mayoritas yang tewas adalah penduduk. Enam hari setelah dijatuhkannya bom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.) Pengeboman ini membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear Principles,melarang negara  itu memiliki tenaga nuklir. Setelah menyerahnya jepang atas sekutu membuat pergerakan nasional yang saat itu Indonesia masih diduduki Jepang lebih leluasa. Hal ini yang memicu para nasionalis, terutama pemuda untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. Hingga akhirnya Indonesia mencapai puncak perjuangannya dengan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
[9]


                                                                          BAB III
PENUTUP

Simpulan
Adanya pendudukan Jepang merupakan salah satu bagian besar dalam sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia dalam upaya mencapai kemerdekaannya. Ketika awal kedatangannya Jepang sempat disambut hangat oleh penduduk pribumi karena dianggap akan mengakhiri penderitaan mereka yang disebabkan oleh Belanda. Selain itu Jepang juga mengumbar berbagai janji untuk memperdaya bangsa Indonesia agar mau mendukung Jepang dalam Perang Pasifik.
            Namun seiring berjalannya waktu, akhirnya watak asli Jepang terlihat dengan kebijakannya mengeksploitasi bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang pun sama saja juga menghadirkan kesengsaraan bagi rakyat. Penderitaan tersebut lah yang kemudian memunculkan pergerakan-pergerakan perjuangan untuk membebaskan diri dari Jepang dan mencapai Kemerdekaan. Terbukti dengan munculnya berbagai organisasi pergerakan nasional. Juga adanya reaksi perlawanan dari rakyat, baik yang menggunakan senjata maupun yang tanpa menggunakan senjata.
            Pendudukan Jepang semakin melemah sejalan dengan melemahnya Jepang dalam Perang Pasifik. Jepang kembali mendekati bangsa Indonesia dengan janji-janji kemerdekaan. Hingga kemudian Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu yang membuat Jepang bertekuk lutut menyerah. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh nasionalis untuk mewujudkan kemerdekaan. Dan, puncaknya adalah ketika Indonesia berhasil melaksanakan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 pada masa Vacum of power.






DAFTAR PUSTAKA
Budi utomo, Cahyo. 1995. Dinamika Pergerakan kebangsaan Indonesia. Semarang: IKIP Semarang press.
Djoened,  Marwari dan  Nugroho Notosusanto. 1984.Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balaipustaka
Kurnia, Anwar.2007. Sejarah Smp Kelas IX. Semarang : Yudhistira Ghalia Indonesia
Muljana, Slamet.2008. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: Pt Lkis Pelangi aksara Yogyakarta
Rukmayani, Ratna. 2008. Ilmu pengetahuan sosial 3.Jakarta: Pt Gramedia





[1] Ratna Rukmayani, Ilmu pengetahuan sosial 3(Jakarta: Pt Gramedia, 2008), hlm. 25.
[2] Ibid ., hlm.  27.
[3] Jepang adalah ‘’ saudara tua ‘’ bagi bangsa –bangsa di asia dan berjanji membebaskan Asia dari penindasan bangsa barat
[4] Anwar Kurnia, Sejarah Smp Kelas IX ( Semarang : Yudhistira Ghalia Indonesia, 2007) hlm. 19.
[5] Ibid., 20.
[6] Supriatna, 2009:198
[7] Pandji Poestaka, 15 September 1944, hlm. 561; liat juga Marwari Djoened, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia (Jakarta: BalaiPustaka, 1984), hlm. 66.
[8] Ibid, hlm.72.
[9] Cahyo budi utomo, Dinamika Pergerakan kebangsaan Indonesia. (Semarang: IKIP Semarang press, 1995). Hlm, 220.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar